Lapar di malam hari sementara banyak tempat makan yang sudah tutup, di Garut? Coba mampir ke Pasar Ceplak. Ketika saya tiba di sana jam 10 malam, masih ramai pedagang dan pembeli.
Pasar Ceplak adalah pasar makanan yang terletak di Jl. Siliwangi Garut. Dalam bahasa Sunda, céplak atau nyéplak berarti makan dengan bersuara karena mulut terbuka. Menurut para pedagang yang sudah lama berjualan di tempat itu mengatakan bahwa Céplak memang ada asal-usulnya.
Bermula dari tahun 1970-an, ketika negara kita sedang mengalami musim kemarau yang berkepanjangan, akibatnya banyak masarakat yang mampu makan nasi oyék yang dicampur singkong. Keadaan seperti ini sering menjadi bahan gurauan dan pembicaraan para pedagang di Garut. Di antara yang sering menjadi bahan gurauan adalah bagaimana nikmatnya makan oyék sambil céplak. Akhirnya kata céplak tersebar dari mulut ke mulut dan pasar itu dikenal sebagai Pasar Ceplak.
Di pasar ini kita bisa menemukan berbagai macam makanan, baik itu makanan tradisional khas Sunda seperti mayang, gegetuk, ataupun makanan lain seperti sate, soto, martabak, dan lain sebagainya.
Pasar Ceplak buka tiap hari pada jam 16.00-23.00. Termasuk hingga larut malam mengingat banyak tempat makan yang sudah tutup jam 20.00an di Garut. Lokasinya di sepanjang Jalan Siliwangi, hampir menutup jalan sehingga jalan cuma bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan berlaku dua arah. Kendaraan harus pelan-pelan karena banyak orang yang jalan kaki di jalur tengahnya.
Pada pagi hari dan siang hari pasar ini hanya terlihat seperti jalanan seperti biasanya. Akan tetapi jika kita berkunjung ke Pasar Ceplak ini pada sore hari dan malam hari, tempat ini begitu ramai dikunjungi para pengunjung baik pengunjung Garut sendiri ataupun pengunjung luar Garut.
Ada banyak pilihan makanan di Pasar Ceplak ini, salah satunya adalah Ayam Goreng. Ayam goreng di mana-mana dengan rencengan petai yang menjuntai menggoda pembeli yang menyukai petai 😀
Pasar Ceplak awalnya dikenal sebagai Jalan Biodeem (Koramil). Pada tahun 1970-an jalan itu dibagi dua, sebelah barat Jl. Siliwangi lalu sebelah timur Jl. Ceplak. Saat ini sampai ke sebelah barat juga termasuk Jl. Siliwangi yang memanjang di mulai dari Jl. Kiansantang sampai ke ujung Jl. Ciledug.
Lahan yang dipakai Pasar Ceplak dimulai dari perempatan Jl. Cikuray sampai ujung Jl. Ciledug yang panjangnya kurang lebih 200 meter. Keramaian di Pasar Ceplak hanya pada waktu malam saja, sehingga orang yang pertama kali datang waktu pagi tidak menyangka kalau tempat tersebut merupakan Pasar Ceplak.
Perjalanan ini adalah undangan dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Sila mampir ke Twitter dan Instagram dengan hashtag #PesonaGarut #PesonaIndonesia untuk melihat oleh-oleh dari para blogger yang diundang.
Wuah lumayan banget ya kalau jam 23 masih bisa cari jajanan di Garut. Soalnya biasanya malem udah sepi aja dan gw kan anaknya khawatir kelaparan gitu.
Jadi teringat kegirangan nemu Nasi Uduk 24 jam di Anyer :))
Trus kita lupa buat beli nasi uduknya :))))
Gw tuh pengin banget bawa anak-anak menyusuri pasar-pasar tradisional macam ini. Cuma apa yah… di deket rumah cuma ada pasar Pondok Labu. Apa gw mesti ke Garut?
Ada alasan buat jalan-jalan kan jadinya 😀
Enak nih kelihatannya
Mau dicobain ah