Kemarin saya iseng cari-cari video di YouTube yang dibuat oleh para pengguna kereta api, buat liat interior kereta api Menoreh. Video-video ini sangat membantu kalau saya mau naik rangkaian ekonomi. Kalau kursinya berhadapan dan saya bepergian berdua, maka saya akan ambil nomer kursi ganjil genap supaya bisa berhadapan dan tukeran ngelonjorin kaki. Kalau berhadapan sama orang gak dikenal, sungkan mau request begitu.
Saya masuk ke kanal seorang YouTuber bernama Risang Anggara. Saya sudah beberapa kali menonton video-video buatannya karena suka sama gayanya. Suaranya halus dan bahasanya sopan. Manis sekali Dek Risang ini.
Di video terbarunya ini, dia merekam perjalanan menaiki rangkaian Menoreh. Yang menarik perhatian saya adalah ucapannya di menit ke 3:
“Mungkin akan jarang sepik-sepik(?) di dalam kereta, sungkan sama (penumpang) sebelahnya takut menganggu”.
Saya jadi bengong. Selama ini setiap keperluan membuat video atau foto, seberapa sering saya berpikir seperti itu? Seberapa sering saya berhati-hati agar tidak sampai menganggu orang lain? Curiganya jarang 😐
Saya angkat ucapan Risang ini ke Twitter, kemudian mendapat beberapa jawaban berupa pengalaman teman-teman ketika berhadapan dengan YouTuber atau siapapun yang lagi bikin video. Kata mereka:
Saya bukan yang aktif bikin video, paling banter ya buat Instastory atau Twitter, jadi saya gak paham perjuangan bikin video itu seperti apa. Tapi apakah benar-benar sampai harus mengganggu orang lain?
Kita, ya oke saya, seringkali lupa bahwa setiap gerakan kita akan berakibat juga ke orang lain. Sering demi konten, apapun dilakukan. Sampai yang bahaya sekalipun. I don’t really know how worth it that is.
Jadi ingat cerita Trinity Traveler, saya lupa dia cerita di mana, ketika berkunjung ke salah satu tempat wisata di Indonesia. Dia lagi enak duduk menikmati pemandangan, kemudian diusir oleh orang-orang yang hendak berfoto karena dianggap menganggu.
Salah seorang pemilik resto yang pernah mengundang saya makan di tempatnya bercerita bahwa salah satu kursi resto pernah dipatahin oleh beberapa Instagramer yang naik ke kursi demi memotret makanan. “Ya seneng sih, mereka motret lalu pasang di socmed. Tapi kesel juga, apa iya sampai harus merusak properti? Mana gak diganti pula,” pisuhnya.
Waduh, jangan-jangan saya juga pernah begitu. Semua dilakukan demi konten tidak peduli apakah itu menganggu atau merusak.
Paitpaitpait!
Gambar header dari: Postplanner
Aku malah kadang kalau jalan-jalan, makan di resto atau minap di hotel, sering kepikiran “ah foto jangan lupa buat di blog”
tapi sampe selesai gak ambil foto karena terlalu ‘sungkan’, takut ganggu, dan gak pede
apalagi mw bikin vlog
ahahha
Akupun suka gitu XD